Berandasehat.id – Glaukoma dikenal sebagai ‘pencuri penglihatan’ karena 80 persen kasus penyakit mata ini muncul tanpa gejala, sehingga tak jarang penderita glaukoma kerap baru mencari pengobatan ketika sudah stadium lanjut. Padahal, glaukoma berpotensi memberi dampak yang lebih fatal, yakni kebutaan permanen.

Dari statistik global, glaukoma tercatat menjadi penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Data Kementerian Kesehatan dalam laporan Situasi Glaukoma di Indonesia (2019) memprediksi jumlah penderita glaukoma global pada 2020 mencapai 76 juta, naik sekitar 25,6% dari angka satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang. Sementara di Indonesia, data yang dirilis secara resmi adalah prevalensi glaukoma sebesar 0,46%, atau setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk.

“Bersifat kronis, glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnya. Selain risiko kebutaan, glaukoma juga bisa memicu kecemasan bahkan depresi, serta kendala fungsi sosial karena mulai menghilangnya penglihatan,” ujar Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam temu media virtual menandai World Glaucoma Week 2023 yang dihelat JEC Eye Hospitals and Clinics, Kamis (9/3/2023).

Dokter subspesialis glaukoma sekaligus ketua JEC Glaucoma Service itu menyoroti penderita glaukoma di Indonesia yang baru mencari pengobatan saat penyakit dalam stadium lanjut. “Lebih-lebih 80 persen kasus glaukoma muncul tanpa gejala. Ini yang membuat glaukoma dijuluki sebagai si pencuri penglihatan,” terangnya.

Untuk itu, Prof Widya menambahkan, penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin menjadi penting agar perkembangan penyakit dapat dikontrol agar kerusakan saraf mata bisa diperlambat sehingga kebutaan dapat dicegah.

Implan Glaukoma

JEC hingga 2022  telah menangani hampir mencapai 110.000 kunjungan pasien glaukoma selama 3 tahun terakhir. Memahami situasi itu, JEC Eye Hospitals and Clinics kembali menjalankan inisiatif tahunan guna menggiatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit glaukoma. 

“JEC meyakini deteksi dini menjadi faktor kunci untuk mencegah terganggunya penglihatan akibat glaukoma. Inilah yang mendorong kami tak henti menyuarakan bahaya glaukoma kepada masyarakat,” ujar Dr. Rini Sulastiwaty Situmorang, SpM selaku Dokter Subspesialis Glaukoma.

Kepala Divisi Riset dan Pendidikan JEC Eye Hospitals and Clinics itu menambahkan, mulai tahun ini, JEC menggagas inisiatif sosial terbaru sekaligus yang pertama di Indonesia, yaitu pemberian 100 tindakan operasi implan glaukoma secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan. “Tindakan operasi akan dilangsungkan secara bertahap sepanjang 2023 dengan penerima manfaat yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia,” tuturnya.

Titik pelaksanaan operasi akan melibatkan hampir seluruh cabang JEC Eye Hospitals and Clinics, meliputi: RS Mata JEC @ Menteng, RS Mata JEC @ Kedoya, RS Mata JEC-Primasana @ Tanjung Priok, RS Mata JEC-Candi @ Semarang, Klinik Utama Mata JEC @ Cibubur, Klinik Utama Mata JEC @ Cinere, Klinik Utama Mata JEC-Anwari @ Purwokerto, Klinik Utama Mata JEC-Java @ Surabaya, Klinik Utama Mata JEC-Orbita @ Makassar dan Klinik Utama Mata JEC-Bali @ Denpasar.

Rini menjelaskan, Implan glaukoma merupakan prosedur bedah untuk menurunkan tekanan dalam bola mata pada pasien glaukoma. “Operasi ini menjadi pilihan utama bagi pasien glaukoma dengan tekanan bola mata yang tetap tidak terkontrol, atau terjadi kerusakan saraf mata yang berat, dan sudah tidak mampu merespons terapi lainnya,” ujarnya. 

Prosedur implan glaukoma melibatkan pemasangan implan kecil di dalam mata (berupa tabung silikon kecil/trabekular mikro) untuk membantu mengalirkan cairan agar keluar dari bola mata dan menurunkan tekanan intraokular.

Kesempatan sama, Kepala Divisi Marketing dan Komunikasi JEC Eye Hospitals & Clinics, Mubadiyah, menyampaikan JEC Glaucoma Service memberikan layanan komprehensif dan modern bagi pasien glaukoma; mulai tahapan edukasi dan konsultasi, diagnostik, serta tindakan medis hingga bedah. “Layanan unggulan JEC khusus untuk penanganan glaukoma ini diperkuat 17 dokter subspesialis glaukoma, tenaga medis mumpuni, serta teknologi terkini dan sistem pendukung unggulan,” ujarnya.

JEC Glaucoma Service juga memungkinkan prosedur pemeriksaan dengan journey time yang relatif lebih singkat, namun tetap mengedepankan penanganan glaukoma yang andal. “Dengan kesadaran mengenai glaukoma yang terus meningkat, harapan kami, masyarakat semakin terdorong untuk melakukan pengecekan mata secara rutin sehingga potensi glaukoma bisa dicegah,” pungkas Mubadiyah. (BS)

Advertisement