Berandasehat.id – Kanker kolorektal adalah penyebab utama kedua kematian akibat kanker pada pria dan ketiga pada wanita, khususnya di Di Quebec, Kanada. Kemunculan dan perkembangan kanker ini telah dikaitkan dengan komposisi mikrobioma usus.
Tampaknya bakteri tertentu yang ditemukan di usus dapat mendorong perkembangan kanker usus besar tersebut. Salah satu bakteri itu adalah E. coli, khususnya sekelompok strain yang dikenal sebagai pks+ E. coli. Bakteri ini menghasilkan colibactin, racun yang menyebabkan kerusakan untai ganda pada DNA sel inang. Hal ini menyebabkan tingkat mutasi yang lebih tinggi, meningkatkan kemungkinan tumor usus.
Sebuah tim peneliti di Université de Montréal memutuskan untuk melihat lebih dekat pks+ E. coli dan prevalensinya di Quebec di antara orang sehat dan penderita kanker kolorektal.
Studi terkait hal ini dipimpin oleh Manon Oliero, seorang Ph.D. mahasiswa di tim peneliti Manuela Santos, kepala Laboratorium Nutrisi dan Mikrobioma di Pusat Penelitian CHUM dan seorang profesor di Departemen Kedokteran UdeM.
Dalam temuan yang diterbitkan Desember 2022 di Gut Pathogens, diperoleh hasil mengejutkan: 42% orang sehat memiliki pks+ E. coli di usus mereka, dibandingkan dengan 46% dari mereka yang menderita kanker kolorektal.
“Hampir semua penelitian sebelumnya telah menemukan tingkat bakteri penghasil colibactin yang lebih tinggi pada orang dengan kanker kolorektal,” kata Oliero dikutip MedicalXpress. “Karena kita tahu bakteri patogen ini mendorong perkembangan kanker kolorektal, akan berguna untuk mengetahui apakah individu yang tampaknya sehat menampungnya, dan jika demikian perlu disarankan intervensi diet atau medis untuk mengatur tingkat bakteri.”

Inulin Gagal Kendalikan Pertumbuhan Bakteri
Dalam pencarian agen diet atau bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan E. coli dan mengurangi produksi colibactin, tim peneliti pertama-tama menguji berbagai suplemen nutrisi yang diklaim memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan pencernaan. Salah satunya adalah inulin, suplemen yang dijual bebas di apotek. Serat makanan yang ditemukan di banyak makanan nabati ini dipasarkan sebagai prebiotik yang memelihara bakteri sehat di usus.
Namun, Oliero dan Santos menemukan bahwa inulin justru meningkatkan pertumbuhan pks+ E. coli dan sekresi colibactin. Setelah pertama kali mengamati efek ini secara in vitro (uji lab), mereka beralih ke model tikus kanker kolorektal yang dikolonisasi dengan pks+ E. coli. Temuan yang diterbitkan pada bulan Februari di Frontiers in Microbiology, menunjukkan peningkatan pertumbuhan pks+ E. coli dan percepatan perkembangan tumor pada tikus yang menerima inulin dibandingkan dengan yang tidak.
Penelitian pendahuluan tim peneliti pada pks+ E. coli yang diisolasi dari tinja manusia menegaskan efek in, yakni: sebagian besar galur mampu menggunakan inulin untuk meningkatkan pertumbuhannya.
“Ini berarti kita harus berhati-hati saat mempertimbangkan suplementasi inulin untuk orang yang terkolonisasi dengan pks+ E. coli,” kata Oliero. “Kita harus ingat prevalensi pks + E. coli yang tinggi pada orang sehat, tidak hanya pada mereka yang menderita kanker kolorektal.”
Untungnya, para peneliti melaporkan bahwa mereka membuat kemajuan dalam mengidentifikasi agen lain yang mungkin efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri ini daripada mempromosikannya, seperti yang dilakukan inulin. (BS)