Berandasehat.id – Penelitian baru dari Oregon Health & Science University dan kolaborator menunjukkan bahwa antibodi buatan laboratorium mungkin dapat menyembuhkan orang yang terinfeksi demam kuning yang disebabkan virus yang belum ada obatnya.

Respons imun alami terhadap patogen yang menyerang biasanya melibatkan pembuatan protein pelindung yang disebut antibodi. Sebuah studi yang diterbitkan di Science Translational Medicine menunjukkan bahwa infus antibodi monoklonal tunggal dapat memperkuat tubuh melawan demam kuning.

Dalam penelitian tersebut, virus demam kuning tidak terdeteksi pada semua hewan yang menerima infus antibodi monoklonal setelah terpapar virus.

“Dua antibodi monoklonal yang kami evaluasi benar-benar menghilangkan semua tanda infeksi dari hewan penelitian,” kata penulis korespondensi studi tersebut, Ben Burwitz, Ph.D., profesor asosiasi di OHSU’s Vaccine and Gene Therapy Institute dan profesor asosiasi afiliasi di OHSU’s Oregon National Primate.

Penelitian kolaboratif ini merupakan upaya bersama antara ilmuwan dari OHSU, Universitas George Washington, perusahaan bioteknologi Mabloc, LLC, dan organisasi lainnya. Mabloc berencana menggunakan temuan ini untuk menginformasikan uji klinis masa depan pada manusia, selain upaya pengembangan produk.

“Penyakit tropis yang terabaikan seperti demam kuning, demam berdarah, dan Zika sering diabaikan oleh pengembangan farmasi tradisional, tetapi kami berharap teknologi antibodi monoklonal akan mengubahnya,” kata David Watkins, Ph.D., salah satu penulis senior studi, profesor patologi di George Washington University dan chief executive officer Mabloc.

Ilustrasi penyakit demam kuning (dok. healthdigest)

“Dengan menunjukkan kemanjuran pada model primata yang meniru penyakit manusia yang parah, kami berharap untuk memajukan ini ke uji klinis dan siap untuk menggunakan pengobatan untuk wabah demam kuning berikutnya,” kata penulis pertama studi tersebut, Michael Ricciardi, Ph.D, direktur asosiasi penelitian translasi di Universitas George Washington dan direktur pengembangan produk Mabloc.

Sekira setengah dari orang yang terkena demam kuning parah meninggal karena virus tersebut, yang menyebabkan gejala mirip flu dan dapat menyebabkan penyakit kuning dan kegagalan organ pada kasus yang lebih serius. Setiap tahun, virus ini menginfeksi sekitar 200.000 orang dan membunuh sekitar 30.000 di seluruh dunia.

Saat ini sebagian besar kasus terjadi di daerah tropis dan subtropis Afrika dan Amerika Selatan, namun perubahan iklim global diperkirakan akan meningkatkan jangkauan nyamuk penyebar virus. Kematian di Afrika saja diprediksi meningkat sebesar 25% pada tahun 2050. (BS)

Advertisement